Candi Ngawen adalah
salah satu candi yang terletak di kabupaten Magelang, yang termasuk kedalam
salah satu pusat peribadatan di Kecamatan Muntilah pada jaman dahulu. Secara administratif,
Candi Ngawen terletak di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten
Magelang Jawa Tengah. Candi ini adalah candi yang menganur faham keagamaan Budha.
Candi induk candi ngawen
Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1864 oleh seorang Belanda bernama Hoepermans. Kala itu dirinya menemukan beberapa batu berelief dan juga sebuah potongan arca budha di atas buak gundukkan bukit kecil. Penggalian intensif dicandi ini mulai dilakukan pada tahun 1899, hingga dibawah beberapa ahli arkeologi Belanda seperti Brandes, Van Erp, hingga Vink meneliti situs ini. Pada tahun 1920, sawah-sawah yang mengelilingi area penggalian dikeringkan dan proses ekskavasi dimulai. Proses restoresi dan pemugaran situs candi itu terus dilakukan secara bertahap, hingga akhirnya era Perquin pada tahun 1927, menjadi awal dari pembentukkan situs ini sebagai salah satu candi berharga yang ditemui di kawasan Magelang
Kondisi Candi Ngawen saat direstorasi tahun 1927
Candi Ngawen diperkirakan dibangun sekitar abad 8, tepatnya pada masa dinasti Syailendra (Budha) dan dinasti Rakaipikatan (Hindu). Candi ini termasuk dalam candi Budha meskipun dibangun oleh dua dinasti yang berbeda. Karena dibangun pada dua dinasti, hal inilah yang membuat Candi Ngawen sering dijuluki Candi Peralihan.Menurut Soekmono keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah bangunan suci yang disebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M, yaitu Venuvana (Sanskerta: ’Hutan Bambu’).
Kondisi candi Ngawen saat direkonstruksi tahun 1927
Kompleks Candi Ngawen mencakup lima bangunan candi dengan letak berderet. Terdiri dari dua candi induk dan tiga candi apit. Candi induk merupakan candi utama, sedangkan candi apit adalah candi yang letaknya mengapit candi induk. Candi apit juga diartikan sebagai bangunan pendamping candi induk. Karena candi induk diapit oleh candi apit, letak dari candi induk ada pada bangunan kedua dan keempat.
Ukiran Gana diatap Candi
Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Relief Candi Ngawen masih jelas terukir indah tentang Kinara-Kinari-sang penghibur Dewa di Kahyangan, Kalamakara (Dewa Waktu), dan Dhyani Budha Ratnasambhawa dengan sikap tangan Wara Mudra atau Budha memberi berkah.
Salah satu pahatan di dinding candi
Pesan yang tertulis dalam relief di candi ini adalah pesan moral dalam kehidupan masyarakat. Ini terangkai dalam relief yang berisi cerita hewan atau fabel (Jataka). Selain itu, lewat wujud Dhyani Budha Ratnasambhawa, arca Budha mengambil sikap tangan Wara-Mudra. Artinya, Wara-Mudra melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah. Selain itus disitu inijuga terlihat banyak sekali relief gana disekeliling badan dan kaki candi.
Toni di halaman Candi
Walaupun dibangun oleh dua dinasti berbeda tetapi Candi Ngawen tetap dikategorikan sebagai candi Buddha. Cirinya, terdapat stupa dan teras berundak yang merupakan simbol-simbol yang dipakai oleh candi Buddha. Namun kemungkinan toleransi umat beragama, antar umat hindu dan budha juga terlihat akrab dis ekitar situs ini. hal ini terlihat dari bereadaan Yoni dihalaman candi Ngawen. Yoni tersbeut ditemukan disekitar situs candi Ngawen. Kurang jelas keletakan asli Yoni tersebut. Jika benar, tentu keberadaan candi beragama hindu disekitar candi ngawen tentubisa memperjelas. Khususnya soal toleransi harmonis antara kedua agama berebda ini pada jamand ahulu kala.
singa penghias Candi Ngawen
singa penghias Candi Ngawen
Sekarang, dari kelima bangunan candi hanya sebuah yang masih lengkap. Yakni candi kedua, hasil pemugaran tahun 1927, yang dihiasi oleh patung buddha dalam posisi duduk Ratnasambhawa dan posisi tangan memberi berkah. Sayang, patung ini sudah tidak ada kepalanya. Pemugaran lain dilakukan pada candi keempat, tetapi prosesnya belum selesai. Sebagian stupa pecah, beberapa keping batu rusak, dan batu penyusunnya hilang.
Gana dan Singa
Di candi yang berdiri di atas lahan seluas 3.556 meter persegi ini, ada lima buah candi kecil yang setiap sudutnya dihiasi patung singa penjaga candi dan wihara Pangeran Sidharta menunggu nirwana.
Gana-Gana
Gana-Gana
NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah dikikis jaman..
Selamat Kelayapan..
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar
bangs yang bijak adalah bangsa yang hebat mengkritik dan mengapresiasi... mari di komentar?