Sabtu, 06 Juli 2013 |

Candi Jiwa

Kompleks Percandian Batujaya bisa dibilang aadalah sebuah suatu besar, yang nilainya begitu besar bagi pendidikan sejarah besar bangsa kita. Kompleks percandian yang menganut faham keagamaan Budha kuno ini terletak di dua desa, yakni Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, dan Desa Tlegajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Yang luasnya diperkirakan sekitar lima km. 

Situs Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984. Dimana hal itu muncul berdasarkan laporan akan adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai onur atau unur yang sudah beratus-ratus tahun dikeramatkan oleh warga sekitar. 

Candi Jiwa Batujaya

Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak titik situs berupa sisa-sisa bekas bangunan kuno. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya. Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi). Yang menarik, semua bangunan candi menghadap ke arah yang sama, yaitu 50 derajat dari arah utara.

Dinding candi Jiwa

Walaupun belum didapatkan data mengenai kapan dan oleh siapa candi-candi di Batujaya dibangun, namun para pakar arkeologi menduga bahwa candi-candi tersebut merupakan yang tertua di Jawa, yang khususnya dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-5 sampai ke-6 M). 

Salah satu candi yang paling dikenal di kompleks ini ialah candi Jiwa. Candi Jiwa struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga masuk, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau lapik arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Terapung diatas air, ini mungkin muncul karena disekitar situs ini dahulu adalah sebuah rawa. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia.


Candi Jiwa

Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu (bukan dari batu gunung/batu kali), namun candi ini terbangun dari lempengan-lempengan batu bata yang tersusun menumpuk. Candi Jiwa yang dikenal sebagai nama Unur Jiwa. Candi ini berbentuk oval setinggi 4 meter dari permukaan tanah. Dimana pusat bangunan berukuran 19x19 meter dengan tinggi 4,7 meter. Dan candi ini tidak mempunyai tangga masuk.

Kata "jiwa" sangat dekat dengan nama salahsatu nama dewa dalam agaman Hindu yaitu Dewa Syiwa. Perubahan dari "syiwa" menjadi "jiwa". Dimana itu bisa terjadi, karena perjalanan waktu yang cukup panjang. Khusunya karena aksen logal pelafalan dalam bahasa Sunda Barangkali kedekatan kata syiwa dan jiwa bisa dijadikan salah satu objek penelitian meskipun agak aneh jika data yang telah didapat bahwa candi Jiwa lebih kepada Budha daripada Hindu. Di Budha tidak ada dewa Syiwa. 

Alas peribadatan di candi Jiwa

Hingga saat ini di kompleks percandian batujaya, tiga bangun yang telah dan baru di rekonstruksi kembali ada sekitar tiga candi. Yakni candi Jiwa, Blandongan, dan Serut.



NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah dikikis jaman..

Selamat Kelayapan..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

bangs yang bijak adalah bangsa yang hebat mengkritik dan mengapresiasi... mari di komentar?