Letak kompleks Makam Tumenggung Poesponegoro berada persis di belakang kompleks Makam Maulana Malik Ibrahim, di Desa Gapuro Sukolilo, Gresik. Kyai Tumenggung Poesponegoro adalah bupati pertama Gresik setelah kekuasaan dinasti Giri diruntuhkan oleh Amangkurat II, Raja Mataram yang dibantu VOC.
prasasti di makam Tumenggung Poesponegoro
Makam Tumenggung Poesponegoro memiliki
gapura yang berbentuk paduraksa dengan ornamen enam baris tulisan dalam
huruf Jawa yang didahului dengan tulisan dalam huruf Arab berbunyi La
ilaha illallah, diakhiri dengan huruf Arab yang berbunyi Allahu Akbar.
Makam Tumenggung Poesponegoro di kelilingi oleh banyak kuburan yang
meskipun tidak setinggi dan seunik yang berada di Makam Raja-Raja Tallo,
namun di sini banyak terdapat kubur batu dengan pahatan halus.
prasasti di makam Tumenggung Poesponegoro
Adanya
gapura-gapura paduraksa serta prasasti batu bertulis di kompleks Makam
Tumenggung Poesponegoro ini juga memberi nuansa tersendiri. Tumenggung
Poesponegoro lahir dengan nama Bagus Lanang Poespodiwangsa dari Ibu
bernama Nyai Mas, putri Sulung Kyai Ageng Goeloe, dan ayah bernama Kiai
Kemis. Dari situs Rodovid, diketahui bahwa Bagus Lanang Poespodiwongso
adalah keturunan Raden Kusen, yang lahir dari ibu keturunan Cina bernama
Siu Ban Ci dan ayah bernama Arya Damar. Arya Damar adalah Adipati
Palembang, di bawah kekuasaan Majapahit, dan anak Brawijaya V, Raja
Majapahit terakhir.
prasasti di makam Tumenggung Poesponegoro
Siu Ban Ci sebelumnya adalah isteri Brawijaya V, yang diberikan ke Arya
Damar untuk diperisteri selagi mengandung Raden Patah, Sultan Demak
Bintoro yang pertama. Sehingga Arya Damar adalah ayah tiri sekaligus
saudara seayah dari Raden Patah. Makam Tumenggung Poesponegoro yang
kompleksnya juga dihiasi dengan prasasti yang terbuat dari batu berukir
indah yang ditulis dengan aksara Jawa.
gentong beprasasti di makam Tumenggung Poesponegoro
Semula Bagus Lanang Puspadiwangsa ditunjuk oleh Sunan Amangkurat II
untuk menjadi Umbul Gresik, kedudukan setingkat Demang, menggantikan
Raden Tumenggung Harya Naladika yang tewas dalam perang di Pasuruan
melawan pasukan Tumenggung Wiranagara. Puspadiwangsa sebenarnya
dicurigai Belanda ikut mendukung Trunojoyo dan Karaeng Galesong, karena
isteri kedua Puspadiwangsa yang bernama Nyai Padi adalah puteri Arung
Wasya, tokoh Bugis pengikut Karaeng Galesong.
prasasti di makam Tumenggung Poesponegoro
Sedangkan isteri ketiganya yang
bernama Nyai Uju adalah cucu Panembahan Mas Winata, penguasa terakhir
Giri Kedaton yang diserbu dan dihukum mati oleh Amangkurat II. Adalah
Bagus Lanang Puspadiwangsa yang menyembunyikan dan melindungi putera
Panembahan Mas Witana yang bernama Pangeran Kertawegara, serta empat
puteranya, yaitu Raden Mas Kedaton, Raden Mas Tumpang, Raden Mas
Kendayu, dan Nyai Uju yang kemudian menjadi isterinya.
Makam
Tumenggung Poesponegoro dihias dengan gapura paduraksa lagi, tepat di
depan cungkup makamnya dengan dua baris tulisan berhuruf arab di atas,
dan dua baris tulisan dengan aksara Jawa di bawahnya. Lalu sebaris
tulisan berhuruf latin berbunyi Makam Poespo Negoro.
prasasti di makam Tumenggung Poesponegoro
Umbul Bagus Lanang Puspadiwangsa dengan bijaksana memanfaatkan
kekerabatan dengan keluarga isterinya untuk memajukan Gresik. Melalui
Nyai Uju, ia mendapat dukungan dari kerabat Giri Kedaton. Melalui Nyai
Padi ia pun mendapat dukungan dari para pedagang Bugis yang menguasai
jalur laut. Ia juga mendapat dukungan bangsawan Madura dari
pernikahannya dengan puteri Tumenggung Yudanegara, penguasa Sumenep,
Madura.
ukiran di makam Tumenggung Poesponegoro
Permaisurinya sendiri, Rara Teleng, adalah puteri Tumenggung Naladika.
Dengan dukungan kuat itu Umbul Bagus Lanang Puspadiwangsa berhasil
membangun kembali kota Gresik dari reruntuhan perang, termasuk
pelabuhan, pasar, dan masjid, serta menciptakan keamanan, sehingga
penduduk berdatangan kembali. Perniagaan pun berkembang, yang membawa
kemakmuran bagi masyarakat Gresik.
Karena keberhasilannya itu, pada 1688 Umbul Bagus Lanang Puspadiwangsa
akhirnya menerima penetapan Gubernur Jenderal VOC Johannes Camphuijs
menjadi Bupati Gresik dan bergelar Tumenggung Poesponegoro.
NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah dikikis jaman..
Selamat Kelayapan..
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar
bangs yang bijak adalah bangsa yang hebat mengkritik dan mengapresiasi... mari di komentar?