Sabtu, 01 Desember 2012 |

candi khetek

Situsa candi Kethek berada tidak jauh dari keberadaan Candi Cetho. bahkan untuk menuju situs inipun lebih mudah didalui usai mengunjungi candi Cetho. dimana, situs ini berada dibelakang situs candi cetho yang berada di tengah alas pinus. secara geografis, situs ini berada di  Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 

Candi Kethek

Candi Kethek ditemukan pada tahun 1842 oleh arkeolog dari Belanda yang Verbeek, Van Der Vlis dan Hoepermans ketika melakukan penelitian dan penggalian di daerah pegunungan Lawu. candi Kethek dipulihkan pada tahun 1982 oleh seorang asisten khusus untuk Presiden Soeharto, Soedjono Hoemardani. bahkan ekskavasi oleh BP3 Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Karanganyar tahun 2005 lalu.

Dalam ekskavasi tersebut, ternyata dapat diambil kesimpulan bahwa situs ini masih ada kaitannya dengan situs candi cetho. hal ini dikuatkan usai ditemukannya sebua arca kura-kura yang merupakan simbol Dewa Wisnu (salah satu dewa dalam ajaran agama Hindu), yang baik di situs candi cetho ataupun candi Sukuh ditemukkan di kedua situs di lereng gunung lawu tersebut.

Sebuah batu berukir di candi kethek.

Bentuk candi ini memang cukup unik, sebab bentuk bangunan candi lebih mirib bangunan punden berundak. seperti bangunan kuno jaman parsejarah dan megalitikum. bangunan candipun terlihat cukup polos. mengingat, candi ini terbentuk karena penumpukkan dan pembangunan skak-skak punden. tidak banyak ukiran ataupun relief di candi ini. namun sebuah batu terukir yang terlihat seperti sebuah skrip prasasti terlihat di situs ini.


NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah terkikis jaman..


Selamat Kelayapan..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Kamis, 07 Juni 2012 |

situs nyi roro tanjung

Arca Nyi Loro Tanjungsari berada di Desa Ceper Kecamatan Ceper Klaten, arca terdapat di bawah pohon beringin yang rindang yang dijadikan tempat melakukan upacara tradisional bersih desa Tanjungsari pada setiap tanggal 10 Sura.

arca nyi roro tanjungsari 


arca di bawah pohon tanjung


NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang saat ini masih tersisa. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita yang lambat laun bisa punah dikikis jaman.


selamat kelayapan...
salam budaya, salam nyariwatu selalu.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Selasa, 05 Juni 2012 |

Situs Arca Gajah Putih

Situs Gajah Putih yang terletak di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit, Boyolali saat ini kondisinya semakin memprihatinkan. arca berada dikedalaman 2 meter dibawah tanah, namun saat ini keberadaannya sudah lebih baik dari pertama kali ditemukan. kerena saat ini sudah dibangun sebuah bangunan permanen.

 lokasi situs arca gajah

arca situs gajah putih

ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa arca ini merupakan Situs peninggalan kerajaan Pengging Purwo. warga sekitar sendiri hingga kini masih mengkramatkan lokasi situs ini. arca di situs ini berbentuk gajah normal dan bukan sebagai perlambangan gajah yang banyak ditemukan di beberapa situs purbakala. kurang jelas pernggambaran apa arca tersebut.

watu dakon


di sekitar situs terdapat 1 buah batu umpak dan juga sebuah batu dengan ukiran lubang kecil-kecil berjajar yang sering disebut dengan nam awatu dakon.



NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang saat ini masih tersisa. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita yang lambat laun bisa punah dikikis jaman.


selamat kelayapan...
salam budaya, salam nyariwatu selalu.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Jumat, 01 Juni 2012 |

situs pajang


Dusun Sanggrahan atau Pajang, Desa/Kalurahan Makam Haji, Kecamatan Pajang, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.
Secara fisik data artefaktual situs Keraton Pajang bisa dikatakan sudah tidak bersisa lagi. Sekalipun demikian tempat atau bekas keraton Pajang ini ditengarai memang berada di Dusun Sanggrahan. Benda atau artefak yang bisa didapatkan di tempat ini hanya berupa beberapa batuan, guci, lingga, umpak, kayu tua yang diduga sebagai rakit Jaka Tingkir, palenggaran (batu berbentuk persegi), pipisan dan gandhik (alat pelumat ramuan jamu), tempat membuat lulur, tonggak kayu tua, sentolo (patok tambatan perahu) dan yoni. Semua benda itu sudah tidak in situ lagi. Benda-benda tersebut telah mengalami pengadukan. Benda-benda yang ditemukan di tempat itu telah dikembalikan kepada keluarga atau trah Pajang yang kemudian disimpan di bekas Keraton Pajang yang sekarang telah didirikan bangunan baru.
Seperti diketahui Keraton Pajang adalah keraton yang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya yang di masa mudanya bernama Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Mas Karebet adalah putra Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga). Ia dinamakan Mas Karebet karena ketika ia lahir di rumahnya sedang diselenggarakan pementasan wayang beber oleh sahabat Ki Ageng Ageng Pengging yang bernama Ki Ageng Tingkir. Wayang beber yang materi pokoknya berupa gulungan kain bergambar adegan dalam dunia pewayangan itu dalam istilah lain sering disebut juga sebagai krebet. Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Tingkir ini dikenal juga sebagai murid-murid Syeh Siti Jenar.
dari mendalang di rumah Ki Ageng Pengging ini Ki Ageng Tingkir jatuh sakit kemudian meninggal. Selang beberapa saat Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh Demak karena ia dianggap akan melakukan pemberontakan. Setelah peristiwa itu Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan menyusul kematian suaminya. Mas Karebet yang masih kanak-kanak diambil sebagai anak angkat oleh Nyai Ageng Tingkir. Tidak mengherankan Mas Karebet kemudian dikenal juga sebagai Jaka Tingkir.
Karier politik Jaka Tingkir diawali dengan pengabdiannya ke Kasultanan Demak setelah sebelumnya ia berguru kepada Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Sela. Di tempat Ki Ageng Sela ini pula Jaka Tingkir dipersaudarakan dengan cucu-cucu Ki Ageng Sela, yakni Ki Juru Mertani, Ki Penjawi, dan Ki Ageng Pemanahan.

Di Demak Jaka Tingkir tinggal di rumah Nyi Ageng Gandamustaka yang merupakan saudara dari Nyi Ageng Tingkir. Nyi Ageng Gandamustaka ini merupakan salah satu abdi Kerajaan Demak yang bertugas merawat Masjid Agung Demak. Kehadiran Jaka Tingkir di Demak segera menarik perhatian Sultan Trenggana sehingga ia kemudian diangkat sebagai salah satu pimpinan prajurit Demak. Namun Jaka Tingkir kemudian melakukan kesalahan dengan membunuh Dadung Awuk dan bercinta dengan salah satu putri Sultan Trenggana.
Jaka Tingkir diangkat kembali menjadi pimpinan salah satu brigade prajurit setelah ia bisa mengalahkan seekor kerbau yang mengamuk dan membahayakan kehidupan penduduk Demak. Pada tingkat selanjutnya Jaka Tingkir bahkan diangkat menjadi menantu Sultan Trenggana. Ia dikawinkan dengan salah satu putri Sultan Trenggana yang dalam cerita tutur sering dikenal bernama Ayu Pembayun.
Kelak Jaka Tingkir menerima tahta Kerajaan Demak setelah terjadinya serangkaian peristiwa berdarah (pembunuhan) sehubungan dengan suksesi yang terjadi di Kerajaan Demak. Setelah ia menerima tampuk pemerintahan Kerajaan Pajang, maka ia kemudian bergelar Sultan Adiwijaya (Hadiwijaya). Pusat pemerintahan pun kemudian dipindahkan oleh Sultan Adiwijaya dari Demak ke Pajang. Sultan Adiwijaya memerintah Kasultanan Pajang selama tahun 1549-1582. Pemerintahan di Pajang pasca wafatnya Sultan Adiwijaya tidak berkelanjutan karena setelah Pajang runtuh kemudian muncul Kerajaan Mataram yang kemudian justru mengungguli Pajang. Pada akhirnya Pajang pun menjadi vassal Mataram. Tidak mengherankan pula jika kemudian Pajang juga sering disebut-sebut sebagai prolog dari Kerajaan Mataram Islam













Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Kamis, 24 Mei 2012 |

Candi Selogriyo


Candi Selagriyo terletak di Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi purbakala peninggalan masa kejayaan kerajaan Hindu ini diperkirakan sezaman dengan candi-candi yang terdapat di daerah Kedu dan dataran tinggi Dieng, yaitu dibangun sekitar abad 8 M oleh wangsa Sanjaya. Candi ini memiliki ketinggian kurang lebih 648 m di atas permukaan laut (dpl), dengan jarak sekitar 24 km dari Candi Borobudur ke arah barat laut. 

candi selogriyo jaman dulu (dokumentasi... 1930)

candi selogriyo masa kini

Candi ini ditemukan pertama kali pada tahun 1835 oleh Hartman, Residen Magelang pada masa penjajahan Belanda. Ada beberapa literatur kuno yang menyebut candi ini denganberbagai nama antara lain ialah: Selagria, Selagriija. Ketika ditemukan, kondisi candi dalam keadaan porak poranda dan banyak batu bagian candi yang hilang. Atas inisiatif Hartman, dibentuklah tim yang bertugas untuk menyusun kembali sisa-sisa bagian candi yang berserakan tersebut. Candi yang terletak di kaki Bukit Sukorini dan Bukit Giyanti, lereng timur Gunung Sumbing ini terpencil dari pemukiman penduduk dan tersembunyi di antara perbukitan. Hal ini mengindikasikan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan para pendeta Hindu yang pada saat itu lebih memilih tinggal di tempat terpencil.


arca durga

 arca ganesa

arca agastya

arca?

arca mahakala

 Denah bangunannya berbentuk palang dengan ukuran 5,2 m x 5,2 m dan tinggi 4,9 m. Di dalam candi hanya terdapat sebuah bilik yang sudah kosong. Diperkirakan, bilik ini dulunya adalah tempat lingga atau yoni, simbol dari Syiwa Mahadewa. Di keempat dinding candi terdapat relung-relung di mana arca-arca perwujudan dewa ditempatkan. Di relung, utara barat dan selatan dari tubuh candi yang Durga terlihat, Ganesa dan Agastya.  


batu komponen di candi selogriyo

Dilihat dari letaknya yang berada di kaki bukit dan dekat dengan sumber mata air dan sungai, Candi Selagriyo dianggap sebagai representasi nilai-nilai yang berkembang dalam agama Hindu. Dalam ajaran Hindu, berkembang keyakinan bahwa para dewa bersemayam di tempat-tempat yang tinggi. Sementara air adalah lambang kesuburan dan kesucian. Berdasarkan alasan tersebut, setiap pemugaran yang dilakukan untuk membenahi bangunan candi selalu berusaha untuk tidak merubah letak candi. Sebab, jika candi dipindahkan ke lokasi lain, maka makna spiritualnya akan hilang.

 komponen arca yang tergeletak di luar bangunan candi

Akses menuju ke candi selogriyo ialah Dari Kota Magelang menuju lokasi Candi Selagriyo kurang lebih 15 km, yang dapat ditempuh lewat kota Kecamatan Bandongan atau lewat Windusari. Dari jalan utama Windusari-Bandongan di Desa Kembangkuning, candi ini sejauh sekitar 3 km. Dari Desa Kembangkuning, perjalanan menuju candi ini hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Namun, perjalanan sepanjang 3 km tersebut sepertinya tidak akan terlalu melelahkan, karena pengunjung akan dihibur dengan indahnya pemandangan alam pegunungan

tidak perlu dicontoh


NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang saat ini masih tersisa. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita yang lambat laun bisa punah dikikis jaman.


selamat kelayapan...
salam budaya, salam nyariwatu selalu.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Rabu, 28 Maret 2012 |

candi wulan

Candi Wulan merupakan tinggalan arkeologis yang berada di kecamatan kalibawang, kabupaten Magelang, jawa tengah. situs ini kini hanya menyisakan 3 buah komponen keagamaan yang berasal dari jaman mataram kuno terdahulu, tepatnya sekitar abad ke-9.


Candi Wulan


3 peninggalan sisa candi wulan

3 buah komponen bangunan purbakala tersebut antara lain ialah bangunan Yoni, Arca Durhamahessa Suramardhini dan sebuah Lingga Semu. keberadaan 3 bangunan purbakala ini menandakan pada beberapa abad yang lalu di sekitar lokasi situs ini berada tumbuh penduduk yang menganut agama hindu kuno yang hidup berdampingan dengan alam.
yoni


Arca Durhamahessa Suramardhini


lingga semu

3 peninggalan di dataran tinggi kalibawang terdapat di sebuah lahan berpagar yang berada di dekat kantor kecamatan Kalibawang di desa banjaroya. sebelumnya lingga yoni tersebut ditemukan di dusun banjaran dan oleh warga sekitar ditempatkan dilokasi yang lebh aman yaitu di halaman kantor kecamatan.


NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah terkikis jaman..


Selamat Kelayapan..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Jumat, 09 Maret 2012 |

Menelusuri Sisa Bangunan Candi Banon di Daerah Tempuran


Magelang memang terkenal dengan adanya banyak peninggalan bangunan candi, namun tidak sedikit bangunan candi yang kini kondisinya mengkhawatirkan. Di daerah tempuran terdapat sisa bangunan candi yang terbuat dari bahan batu bata, namun saat ini kondisinya mengkhawatirkan. Candi yang terbuat dari bahan batu bata atau yang sering disebut dengan nama Candi Banon merupakan salah satu peninggalan masa klasik yng sering ditemukan di kabupaten magelang.

Tercatat di beberapa sudut wilayah Kabupaten Magelang terdapat peninggalan bangunan candi yang terbuat dari bahan batu bata. Wilayah Tempuran, Secang, Mungkid hingga Borobudur adalah beberapa wilayah di Kabupaten Magelang yang mempunyai peninggalan bangunan Candi Banon.

Tempuran merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Magelang yang terkenal dengan sental pembuatan batu bata, baik itu pembuatan genteng batu bata bangunan ataupun beberapa kerajinan yang terbuat dari bahan tanah liat.

Kecamatan Tempuran terdapat 5 peninggalan Bangunan Candi Yaitu di Desa Ringinanom, Sumberarum dan Tempurejo hampir semua bangunan candi yang tersisa itu kini kondisinya sungguh memprihatinkan.

Candi Dimajar berada di Dusun Dimajar, Desa Sumberarum, Tempuran komponen bangunan candi berupa sisa batu bata kuno dengan sebuah yoni berada di seitar lingkungan masjid. Batu bata kuno berukuran besar banyak berserakan di sekitar masjid ada yang ditumpukan sampak, belakang masjid hingga digunakan warga sebagai pondasi bangunan rumah.

H. Wahab dengan yoni di situs dimajar



H. Wahab selaku tamir masjid Al-Barokah mengungkapkan bahwa batu-batu candi sudah ada sejak dulu dan memang kondisinya sudah berserakan. “batu candi ini dulu memang banyak namun banyak warga yang menjual batu batanya karena mereka pikir itu hanya batu bata biasa” jelasnya yang ditemui wartawan kemarin.

Candi Dimajar merupakan sebuah bangunan candi banon yang menganut agama Hindu, terlihat dari adanya komponen bangunan yoni yang merupakan perlambangan kesubura yang bisa dijadikan sebagai media keagamaan umat Hindu Shiwa.

“Batu umpak (Yoni, red) itu memang dari dulu berada di situ (diluar masjid, red) sebab dahulu pernah dijadikan sebagai umpak masjid, namun setelah direnovasi masjidnya batu itu ditaruh di luar. Pihak purbakala pernah mau mengambil batu tersebut, namun ditolak warga karena itu asset masjid ini jadi tidak boleh diambil apalagi dijual belikan” cetusnya.

Lain lagi nasib Candi Samberan yang berada di Dusun Samberan, Desa ringinanom, Tempuran. Bangunan candi banon ini kini kondisinya mengkhawatirkan sebab komponen bangunan candi berada tepat disamping pembuatan batu bata.

Ahmad selaku warga Samberan menuturkan bahwa komponen bangunan candi sudah ditemukan sejak lama dan hingga kini bentuknya tidak berubah. “kita tidak berani mengambil komponen batu kuno tersebut sebab takut di ganggu penghuninya” jelas laki-laki paruh baya tersebut.



Bagian tubuh Candi Samberan



Candi Samberan dahulu pernah diketemukan bangunan yoni, namun saat ini bangunan tersebut sudah diamankan pihak purbakala. kondisi yang saat ini bisa dilihat dilokasi ialah sebuah bangunan candi yang hanya terlihat setengah bagian badan bangunannya saja.

Lain halnya dengan nasib Candi Bowongan yang hanya berjarak 1 KM dari Candi Samberan tepatnya di Dusun Bowongan, Desa Ringinanom, Tempuran, Magelang kondisinya lebih mengkhawatirkan sebab candi ini benar-benar tepat berada di areal pengrajin batu bata.



Yoni Candi Bowongan

Warga sekitar sebenarnya tau bahwa lokasi tempat mereka mengambil tanah liat tersebut terdapat bangunan candi, namun hampir semua dari mereka tidak terlalu memperdulikan.

“kita disini memang tau bahwa disitu ada batu bata kuno bekas candinya namun kami tidak akan menghancurkannya. Bila ada pengrajin batu bata menggali dan menemukan batu bata kuno didalamnya, kita tidak akan meneruakan menggali dan akan mencari lubang galian lainnya” teras warga bowongan yang tidak mau disebuatkan namanya tersebut.

Candi Bowongan adalah sisa bangunan candi banon yang menganut agama hindu, hal tersebut terlihat dari masih adanya bangunan yoni yang berjarak sekitar 50 meter dari dari bangunan candi. Keberadaan yoni tersebut juga tidak kalah mengkhawatirkan sebab tepat berada di samping kandang ayam, jelas hal tersebut sanat disayangkan karena yoni merupakan bangunan suci pada masa klasik.

Candi banon di tempuran memang hampir semuanya kini kondisinya mengkhawatirkan. 2 dari 5 bangunan candi banon ditempuran kini kondisinya sudah tidak bisa terlacak lagi, bangunan candi di tempuran yang saat ini sudah hilang ialah situs candi di dusun candi, desa ringinanom dan Candi Tempurejo di Dusun Samirejo II, Tempurejo, tempuran, Magelang


Bekas lokasi penemuan Candi Tempurejo


Candi Tempurejo ditemukan pada tahun 2002 di sebuah lokasi kebun bamboo, setelah ditemukan banyak warga, wartawan hingga arkeolog yang dating mengunjungi situs ini. Tepat 10 tahun setelah penemuan situs ini kini kondisinya benar-benar tidak tersisa sama sekali, hanya beberapa batu bata berukuran besar yang berada di pinggir jalan dan di halaman rumah warga.
(Nikko auglandy/Radar Solo @ 2012)



NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah terkikis jaman..


Selamat Kelayapan..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Kamis, 19 Januari 2012 |

Situs Stupa Glagah

Situs Glagah berada di Dusun Glagah, Desa Sidorejo, Kecamatan Temon, Kulonprogo, DIY. situs ini merupakan sebuah situs purbakala yang memiliki corak berupa sisa bangunan stupa tunggal diatas sebuah umpak. menengok dari peninggalan yang ada di situs ini, besar kemungkinan areal situs ini dijadikan sebagai lokasi peribadatan umat budha pada abad ke 9 dahulu kala

Istriku dengan Situs Stupa Glagah

Saat diadakan penggalian pada tahun 1990 yang lalu, di sekitar situs ini di temukan stupa yang berukuran besar ini.  dan juga dua buak struktur pondas berukuran 4m x 4 m yang terbuat dari batu kali kemungkinan sebuah pondasi stupa ini. Struktur kedua ternyata ditemukan di lokasi yang lebih jauh ke barat dari penemuan pertama. di lokasi tersebut ditemukan dinding bata,d an terdapat beberapa batu berelief, bunga dan sulur-sulur berornamen. yang kemungkinan satu komponen dengan bangunan Stupa.

sebenarnya situs ini sudah lama diketahui keberadananya.sebelumnya peneliti dari badan arkeologi Yogyakarta, Goenadi Nitihaminoto pada 1976 menemukan sebuah perunggu kecil di Desa ini. arca perunggu ini besupa sesosok laki-laki berdiri memegang wajra di satu tangan dan bunga teratai di sisi lain.

Komponen peninggalan situs Glagah

Dalam buku Daftar peninggalan benda purbakala DIY tahun 1985 disitu tertulis tiga buah yoni dan dua lingga ditemukan di dekat desa Karangwuluh. yang tidak jauh dari desa Glagah. itu artintina di selatan Kulon progo dahulu kala terdapat beberapa titik peninggal bangunan candi ataupun situs purbakala yang memiliki corak hindu ataupun Budha.
Stupa Glagah berada di pekarangan milik penduduk setempat. Stupa terbuat dari batu andesit. Demikian pula batu lapik atau alas dari stupa tersebut. Tinggi stupa sekitar 180 Cm, diameter stupa kira-kira 50 Cm, dan batu alas atau lapik stupa berukuran sekitar panjang 70 Cm, lebar 70 Cm, dan tinggi sekitar 70 Cm. Di sisi stupa tersebut juga terdapat batuan lain dengan beberapa ukuran yang diduga merupakan bagian dari peninggalan kuno seperti stupa yang berada di lokasi.


NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah dikikis jaman..


Selamat Kelayapan..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO