Gereja Santo Ignatius merupakan salah satu tempat peribadatan umat katolik di Kota Magelang. Gereja ini berada tidak jauh dari alun-alun Kota Magelang. walau begitu ternyata di bangunan kuno jaman kolinial ini terselip sebuah saksi sejarah perkembangan umat Budha di kota Magelang di lokasi ini.
yup, dua buah Stupa yang biasa jadi komponen bangunan candi Budha terdapat berpasangan di pintu masuk ruang Sankristi. tidak banyak fakta yang bisa didapatkan daru dua buah komponen batu masa klasik ini, di gereja bergaya arsitektur katholik Roma tersebut.
Dua stupa ini sendiri kini kondisinya masih cukup baik, dari bentuknya memang ukuran dan bentknya agak sedikit berbeda, namun tentu bisa diyakini bahwa kedua BCB ini dahulu ditemukan di lokasi situs yang sama. BCB yang ada di kota Magelang sendiri kebanyak di dominasi oleh beberapa peninggalan masa klasih, khusunya yang mengandung unsur Hindu. dengan adanya dua komponen bangunan Budha ini tentu ada sebuah titik terang bahwa di sekitar lokasi situ sini berada dahulu terdapat sebuah area peribadatan umat Budha.
Jika berbicara mengenai bangunan tua yang ada di Jalan Yos Sudarso ini,
tentu cukup menarik untuk disimak. Pada awal berdirinya, bangunan
tersebut belum seperti sekarang ini, yang terdiri dari 3 bangunan gedung yakni
Gereja St Ignatius, Pasturan, dan Panti Mandala.
Gereja ini berdiri tak lepasa dari jasa Romo F.Voogel SJ. Seorang
pastor Katholik yang membeli tanah ini pada tahun 1890. Pada masa itu
hanya ada sebuah bangunan (sekarang pastoran) yang dijadikan tempat
tinggal sekaligus tempat peribadatan. Baru pada 31 Juli 1899 romo
membangun gereja sederhana di samping pasturan (sekarang gereja).
Setahun kemudian tepatnya pada 22 Agustus 1890 diadakan misa kudus.
Seiring berkembangnya pemeluk agama ini, bangunan gereja pun diperluas. Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1926 bangunan gereja lama ditambah dengan bangunan selebar 3,5 meter pada sisi kanan dan kirinya. Karena banyak penganutnya merupakan masyarakat Jawa mulai 1933, pada misa siang yang dilaksanakan pada hari minggu diisi pelajaran agama yang dibawakan dalam bahasa Jawa.
Seiring berkembangnya pemeluk agama ini, bangunan gereja pun diperluas. Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1926 bangunan gereja lama ditambah dengan bangunan selebar 3,5 meter pada sisi kanan dan kirinya. Karena banyak penganutnya merupakan masyarakat Jawa mulai 1933, pada misa siang yang dilaksanakan pada hari minggu diisi pelajaran agama yang dibawakan dalam bahasa Jawa.
untuk mengetahui tentang Gereja Santo Ignatius ini, tentu tidak ada salahnya untuk mengunjungi Website ini
NB : dengan anda mengunjungi situs cagar budaya dan sejarah bangsa ini, secara tidak langsung anda telah melestarikan saksi sejarah bangsa yang masih tersisa.. dan jangan biarkan batu-batu kuno tersebut hanya dijadikan sebagai dongeng masa kecil kita, yang lambat laun tentu saja akan punah dikikis jaman..
Selamat Kelayapan..
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar
bangs yang bijak adalah bangsa yang hebat mengkritik dan mengapresiasi... mari di komentar?